Minggu, 18 Maret 2012

Hijabku

Hari pertama aku memakai jilbab memang terasa sangat aneh. Orang-orang di sekelilingku menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku mengerti tentang apa yang ada di fikiran mereka. Mereka tak tahu persis apa yang telah kualami setahun yang lalu.

Berawal dari sebuah tragedi di Alun-Alun yang terletak di jantung kota Perwira. Siang itu aku termenung dengan satu mimpi yang tak pernah kubayangkan. Mimpi yang sudah menghantuiku selama sepekan terakhir ini. Mimpi yang sama, dan yang membuatku terbangun di jam yang sama. Entah mengapa bisikan itu sangat kuat.

"Kau adalah hamba-Nya yang hina! Tutupilah auratmu atau enyahlah dari bumi Allah!" Aku tersentak. "Siapa kamu?" tanyaku pada suara aneh itu. "Kau adalah hamba-Nya yang hina! Tutupilah auratmu atau enyahlah dari bumi Allah!" suara itu kembali mengulangi perkataannya.

Akupun berlari menuju sebuah cahaya yang kupikir aku akan aman darinya. Namun ternyata suara itu terus membuntutiku kemanapun aku pergi. "Kau adalah hambanya yang hina! Tutupilah auratmu atau enyahlah dari bumi Allah!"

"Siapa kau?" teriakku dengan kesal bercampur takut. Tetapi tetap saja hanya kalimat yang sama yang ia katakan terus menerus padaku.

"Hei!" Aku terhenyak dari lamunanku. "Sholat Dhuhur dulu 'Aisyah,” ajak seorang temanku, Findy.

Kami pun sholat di sebuah masjid yang megah. Entah mengapa seketika itu juga peluhku yang dingin bercucuran. Aku tak bisa menahan air mataku yang terus keluar. "Sekarang aku mengerti, Yaa Allah,” ucapku lirih.

Kini, jilbab ku menghijab seluruh tubuhku. Jilbab yang kujulurkan hingga ke dadaku membuat aku semakin dekat kepada-Nya. Namun sejak itu masalah terus mendera hidup dan menguji imanku.

"Huh! Dasar teroris! Cari perhatian saja! Pakai jilbab alay banget. Yang penting kan jilbab,” kata seorang tetangga padaku. "Maaf bu. Ini adalah perintah Allah. Syarat jilbab itu kan harus menutupi dada, tebal, tidak sobek, tidak....” Perkataanku keburu dipotong olehnya, “Halah! Ngga usah ceramah lah! Sok suci! Oh ya, mulai detik ini jangan pernah berteman dengan anak saya lagi," katanya lagi.

Kehilangan sahabat, dikucilkan, bahkan diasingkan. Semua itu mewarnai kehidupan baruku setelah menghijab. Hanya Findy yang sampai saat ini mengerti akan keadaanku. "Allah, terimakasih Engkau telah mengingatkan hamba,” doaku pada Allah. (Farah Farihah Mardhatillah)

0 komentar:

Posting Komentar