Jumat, 16 Maret 2012

Diantara

Menjauh, hanya tertinggal janji anyir menemani sesak nafasku
Sepertinya angin barat telah menghapus ingatanmu
Mengasing, tepikan hati  menyerapahi  kebersamaan ini
Kau tak mengenal aku
Sosok pecundang yang selama ini menemanimu

Agum mengambil gitar usangnya diatas ranjang kamar, dia tengah membuat sebuah lagu seperti biasa. Nada petikan senar gitarnya masih terdengar acak-acakan, sebentar berbunyi, lalu berhenti, sembari merangkai tautan kata dari otaknya.  


Hanya ini yang bisa membuat aku betah berlama-lama dikamar. Menikmati petikan gitarku sembari mengungkapakan isi hati. 

Matahari mulai menampakkan kesombongannya, geliat teriknya terasa panas di kulit manusia. Agum beranjak pergi meninggalkan rumah. Seharian ini dia akan disibukan dengan pekerjaannya sebagai peliput berita, akhir-akhir ini memang banyak kejadian frontal yang menarik untuk dia ikuti.

“Riva ?” Agum tertegun melihat sesosok wanita yang ditangkap polisi. “Benarkah itu Riva?” Agum meyakinkan. Sebesit cahaya matanya menyorot tajam wajah itu. “Kamu tak banyak berubah.” Agum mengenal Riva sejak tiga tahun sebelum hari ini. Gadis cantik, manja, seksi dan itu yang selalu membuat Riva menjadi pusat perhatian di sekolahnya dulu. Saat ini pun masih, dia tertangkap polisi tengah menjalani pekerjaannya di lokalisasi.

“Kenapa kita baru bertemu saat ini? Dan kau dalam keadaan seperti ini?” Riva berlalu meninggalkan kebingungan dibenak Agum. ( Fie Fullan Azzahra)

2 komentar:

Feri Fajar mengatakan...

Gadis cantik, manja, seksi dan itu yang selalu membuat Riva menjadi pusat perhatian di sekolahnya dulu.

Nek maca sekilas, wagu.
Tapi sebenere nyeni [menurutku] :D

MAKSA! mengatakan...

pengalaman pribadi ya? ahaha..

Posting Komentar