Selasa, 18 Desember 2012

Denting Seruni

Suara langkah kaki itu semakin cepat. Alas sepatu yang keras membuat bunyi yang cukup nyaring. Kedua tangan kurusku mendekap erat kedua kakiku. Berharap dapat meredam gemetar hebat tubuhku. Suara itu semakin mendekat. Tuhan, aku mohon jangan biarkan dia menemukanku. Jangan biarkan hal mengerikan itu terjadi padaku.
            BRAK!!! Keringat dingin makin deras membasahi tubuhku. Lemari kayu tempat aku bersembunyi serasa menjadi transparan. Rasa takutku kian membuncah. Langkah kaki itu mantap mendekat dengan tempatku meringkuk sekarang.
            “Asep! Sudahlah. Lupakan saja cewek sialan itu.” Suara seorang laki-laki memanggilnya. Mungkin kawannya. Aku tidak peduli siapa laki-laki yang memanggilnya. Yang aku harapkan sekarang laki-laki bajingan bernama Asep itu meninggalkan ruangan ini segera. Melupakan keberadaanku dan tak pernah muncul di depanku lagi.
            “Si bagong mbawa cewek baru lagi. Lebih sip,” lanjut laki-laki tadi. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, laki-laki bernama Asep itu berjalan menjauh. Walau perlahan, namun aku yakin dia keluar dari ruangan ini.
***

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kolam Keruh

Menyenangkan melihat kolam air
Ia jujur, tidak mudah diplintir
Menampilkan apa yang hadir
Jika baik maka jernih, jika buruk maka anyir

Sayang, air di kolam besar itu keruh
Padahal dekat orang paling berpengaruh
Duh, apa beliau tidak tersentuh
Pada wajah-wajah yang terefleksikan lusuh?

Senin, 06 Agustus 2012

Menggali Ide Menunggu Berbuka



Tausiyah Menulis – Bulan Seribu Tulisan. Itulah tajuk acara yang dihadirkan Kelas Menulis Purbalingga di bulan Ramadhan kali ini. Acara sederhana ini dimaksudkan untuk sharing dan silaturrahmi dengan teman-teman dari luar Kelas Menulis.

Minggu sore (5/8) kemarin ada dua puluh orang lebih yang hadir di Café Pedangan, Purbalingga. Peserta yang didominasi remaja putri itu antusias mengikuti diskusi bersama Estining Pamungkas, ketua FLP Purbalingga. Wanita berjilbab yang akrab disapa mbak Engky ini memberikan banyak tips menggali ide dan mengatasi kesulitan dalam menulis.

“Siapkan buku kecil di samping tempat tidur. Jadi kalau bangun bisa nulis apa mimpimu semalam. Itu juga salah satu cara menggali ide,” paparnya.

Minggu, 10 Juni 2012

Romantisme Buruh Dalam Puisi (2)


Penasaran dengan puisi-puisi dari teman-teman Kelas Menulis Purbalingga yang dibacakan saat Pentas Puisi; Perempuan Kuru Berbaju Biru? Ini dia beberapa puisi mereka.

Romantisme Buruh Dalam Puisi (1)

Malam minggu (9/6) kemarin, Kelas Menulis Purbalingga membuat persembahan kecil bertajuk Pentas Puisi; Perempuan Kuru Berbaju Biru. Acara itu bertempat di Kafe Pedangan, Purbalingga.

Pentas itu dibuka dengan puisi “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” karya Gus Mus yang dibacakan apik oleh mentor Kelas Menulis, Bangkit Wismo. Selanjutnya, secara maraton dibacakan 12 karya puisi oleh empat anggota Kelas Menulis, yakni Alfy Aulia, Fitri Arumsari, Feri Fajar, dan Yuli Widyaningsih.

Dua belas Puisi tersebut mengilhami cerita mini “Bu Ruh” buatan Alfy Aulia. Cerita mini tentang keluarga Ruhyati yang tengah hamil tua tapi harus tetap bekerja demi menyambut kelahiran si jabang bayi.

Ada Fitri dengan puisi “Generasi Sampah” yang penuh penghayatan, Feri dengan “Dia Anakku, Bukan Buruh”. Yuli dengan “Sang Pemuja”, dan terakhir Alfy Aulia dengan puisi “Kasmaran” yang dibawakan manja.

Rabu, 09 Mei 2012

Hubungan Pendidikan Mahal dan Buruh Murah

Buruh dan mahalnya pendidikan memiliki hubungan yang tidak menguntungkan dan tidak akan putus tanpa usaha untuk memperbaikinya. Mahalnya biaya pendidikan membuat daya tawar kaum buruh menjadi sangat rendah dan rentan eksploitasi bahkan kekerasan. Rata-rata pendidikan buruh, terutama perempuan Indonesia 83% hanya mengantongi ijazah SMP, SD atau tidak berijazah sama sekali, sisanya 14,9% tamat SMA, dan 2,8% tamat diploma dan strata 1-3. Selain tidak mampu membayar biaya sekolah, motivasi anak-anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan juga dihambat oleh konservatisme keluarga yang patriarkis, dimana anak laki-laki yang harus diprioritaskan.

Karena pendidikan mahal dan gaji buruh tidak bisa untuk mengaksesnya, maka  terjadilah buruh melahirkan buruh atau disebut juga reproduksi kelas. Hal ini juga disebabkan oleh sistem pendidikan yang hanya mementingkan daya saing dan mencetak pekerja, bukan pendidikan yang bersifat ilmiah, demokratis, dan mengabdi kepada masyarakat.

Jumat, 06 April 2012

Gugur Kuncup Sidaguri

Hujan turun sedari sore. Tak mau berhenti. Seakan ingin menyiram tiap jengkal tanah yang gersang terpapar mtahari siang tadi. Gadis manis itu masih terududuk dibelakang meja kayu. Rambut panjang sebahunya terikat sembarang dibelakang kepala. Meninggalkan sejumput helai yang dibiarkan tergantung canggung tatkala ia asyik menulis.

Sesekali senyum manisnya terkembang. Matanya ikut tertawa jenaka seiring pikirannya yang melayang entah kemana. Mengembara.

Rabu, 04 April 2012

Bukan Bunga Padang


Jangan mengharap bunga di teras orang
Ia masih bisa dipandang tapi memetiknya pantang
Aku pun jangan kau tunggu
Biar aku jadi mawar tuan besar saja

Aku, sekalipun ingin, tak bisa menggugat
Ragaku telah dilabeli, wangi sudah dibeli
Meski hatiku masih lari-lari
Ya padamu, Kumbang Liar

Andailah aku bunga di padang
Bebas menari mengikut angin
Kita bercinta di bawah terik dan hujan

Jumat, 30 Maret 2012

Pernikahan

Aku beronje melati dan kau berpeci
Kita disaksikan pasang-pasang mata
Akad kau ucap mantap
Bahagia yang meluap-luap; barokallah

Hari itu lunas penantian
Bermahar ikhtiar yang tak putus
Setengah dien digenapkan

Rabu, 28 Maret 2012

Menjemputku

Anyir! Uh… Perutku berontak.

Hidungku tak berfungsi. Mataku merasa jijik.

***

Detak jantungku kembali hadir, berdegup keras. Tak ada jeda yang membatasi, tak ada sunyi menyelimuti.

Hanya suara itu. Ya, suara itu. Masih bernyawa.

Aku beranjak, meninggalkan tempat itu. Lambat laun, hanya menyisakan fatamorgana.

Aku sudah merasa sedikit tenang. Suara itu sudah pergi, semoga tak hadir kembali.

Ringan sekali tubuhku, aku melihat kuning, putih dan…gelap.

***

Kamis, 22 Maret 2012

Mural

Lavi merasa terus diperhatikan. Ia tahu Fado tengah memasang mata padanya dari balik netbook.

Dengan membawa sebuah buku bersampul warna-warni, Lavi duduk di depan meja Fado, berhadapan. Fado memalingkan wajah dari netbooknya, santai.

“Buku apa?” Fado bertanya dan membaca sendiri buku yang dipegang Lavi.

Lavi yang sedang tidak bersemangat menarik tangannya dari buku itu, tapi Fado meraihnya.

“Vi, mau ya jadi pacarku,” Fado bertanya serampangan. Perpustakaan lengang.

Namanya Atau Namaku?

Pukul 06.30, pagi itu Hyun dan temannya, Rani berangkat sekolah untuk pertama kalinya. Ia merasa senang karena bisa masuk SMP setelah setahun lalu belajar di SD. Dalam benaknya, di sekolah barunya itu, ia akan menemui teman-teman yang lebih usia daripadanya dan memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Pemikiran seperti ini hanya ada pada anak yang pandai seperti Hyun.

Hyun dan Rani disambut gembira oleh kakak-kakak kelas dan teman-teman mereka. Seorang kakak perempuan yang terlihat ramah ingin mengenal Hyun.

“Namanya siapa?” tanya kakak itu.

Sahabat

Sahabat
Sahabat…datanglah dalam mimpiku
Saat kelam menyuram,
saat ku tenggelam dalam gelap malam.

Sahabat
jelma aku jadi dirimu!
Sematkanlah…taburkanlah
Sifatmu yang buatku iri
Padamu.

Sahabat
Tegarmu…mengajariku arti
Kehidupan.
Dalam sakit kau bangkit!
Meski ajal kau jelang…
Tetap, jemarimu menari indah
Menorehkan asa
Hingga aku terdiam, dan terbungkam!

Minggu, 18 Maret 2012

Hijabku

Hari pertama aku memakai jilbab memang terasa sangat aneh. Orang-orang di sekelilingku menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku mengerti tentang apa yang ada di fikiran mereka. Mereka tak tahu persis apa yang telah kualami setahun yang lalu.

Berawal dari sebuah tragedi di Alun-Alun yang terletak di jantung kota Perwira. Siang itu aku termenung dengan satu mimpi yang tak pernah kubayangkan. Mimpi yang sudah menghantuiku selama sepekan terakhir ini. Mimpi yang sama, dan yang membuatku terbangun di jam yang sama. Entah mengapa bisikan itu sangat kuat.

"Kau adalah hamba-Nya yang hina! Tutupilah auratmu atau enyahlah dari bumi Allah!" Aku tersentak. "Siapa kamu?" tanyaku pada suara aneh itu. "Kau adalah hamba-Nya yang hina! Tutupilah auratmu atau enyahlah dari bumi Allah!" suara itu kembali mengulangi perkataannya.

Sabtu, 17 Maret 2012

Lihat Aku!


Saat itu, masih berbekas di otakku
Tangis dan rindu menyatu
Rasa marah dan masih membelenggu
Cinta dan benci, datang beradu!



Mungkin mataku buta
Atau mata hatiku yang buta?
Entahlah, aku ya aku
Tak mau dimadu!



Majulah, jangan kau menyeberang
Lihat aku! Jangan kau hiraukan
Lihat aku! Yang setia menunggu
Lihat aku! Yang bodoh karenamu
(Yubni)

Jumat, 16 Maret 2012

Diantara

Menjauh, hanya tertinggal janji anyir menemani sesak nafasku
Sepertinya angin barat telah menghapus ingatanmu
Mengasing, tepikan hati  menyerapahi  kebersamaan ini
Kau tak mengenal aku
Sosok pecundang yang selama ini menemanimu

Agum mengambil gitar usangnya diatas ranjang kamar, dia tengah membuat sebuah lagu seperti biasa. Nada petikan senar gitarnya masih terdengar acak-acakan, sebentar berbunyi, lalu berhenti, sembari merangkai tautan kata dari otaknya.  

Kamis, 15 Maret 2012

Kata Hati

Apa yang kau lakukan, berdiri didepan Masjid walau suara adzan telah terhenti ?

Tak luaskah Masjid di dekatmu hingga kau berlari ke Masjid ini. Masjid yang sedang direnovasi. Bukankah Masjid yang lain lebih baik. Lebih segalanya dari Masjid ini.

Sadarkah ini konyol?

Kau menunggu dia, dia yang sekarang membuatmu terus menanti dan berharap waktu akan mempertemukan kalian. Kalian yang dulu disini berbagi duka sedikit suka. Karena kau selalu merengek dan menangis dipundaknya. Dan kau tersadar saat dia tak nampak lagi. Semua yang dia lakukan ternyata sangat berarti. Ah kau lucu, dimanakah hatimu 3 tahun lalu mengapa kini kau baru menyadarinya? Kau telat.

Terdampar

Di pantai mana aku terdampar?
ingin berjalan,
namun tak kulihat arah tepat,
inginnya berpacu angin!
tapi,
apa ia akan membawaku pada tujuku.

Senin, 12 Maret 2012

Hati Itu Seperti Bau

Seorang pemuda yang sejak kecil selalu berbuat baik, tidak pernah berbohong, apalagi untuk sebuah kejahatan, melakukan hal yang menurutnya adalah sebuah kejahatan, dosa terbesar dalam hidupnya. Hatinya merasa gelisah memikirkan hal itu, berhari-hari dia selalu dihantui rasa berdosa. Hingga suatu hari, ia pergi ke sebuah sungai, mencoba membuang rasa bersalahnya.

Sungai yang indah, udara sejuk, air jernih, bebatuan yang menghiasinya sedikit menghilangkan rasa bersalahnya. Namun dalam benaknya tetap memikirkan apa yang telah ia perbuat. Ia kurang berhati-hati dalam berlaku. 

Beberapa saat kemudian, datang seorang kakek. Kakek itu menghampiri sang pemuda.

Main Terka


Aku menyimpan segurat wajah
Sudah sering kugurah
Tak tahunya semalam muncul di mimpi
Mimpi yang sulit dikendali
Berlari sana-sini          
Bicara itu-ini
Menyenangkan tapi takut-takut

Minggu, 11 Maret 2012

Bukan Dimana, Tapi Bagaimana

Kelas Menulis Purbalingga pindahan. Pindahan yang tanpa membawa apapun kecuali semangat tetap menulis dan berkarya.

Sekarang kami menempati markas baru bersama CLC Purbalingga di Jl. D.I. Pandjaitan (Depan Depag-Pasar Mandiri) Purbalingga. Tempat yang merupakan eks-rumah makan itu sedang dipugar menjadi café baru dan rencananya akan dibuatkan juga ruang serta perpustakaan yang lebih representatif.

Rabu, 08 Februari 2012

Menulis yang Baik Bukan Perkara Mudah

Kelas Menulis Purbalingga Angkatan Kedua

Suatu kali, Arswendo Atmowiloto pernah berujar bahwa menulis merupakan hal yang mudah. Walau begitu, tetap saja, membuat tulisan yang enak dibaca bukan perkara mudah.

Pun demikian yang dirasakan peserta Kelas Menulis Purbalingga angkatan kedua. Identik dengan imajinasi yang luas, para kaum muda Kota Perwira, masih kesulitan membuat karya tulisan.

Kamis, 19 Januari 2012

Antusiasme Tinggi, Angkatan Kedua Dibuka

Setelah sukses dengan penerbitan Kumpulan Cerita "Pamong Praja" akhir Desember 2011, kini Kelas Menulis Purbalingga membuka penerimaan anggota baru untuk angkatan kedua.

"Antusiasme terhadap kelas menulis, dalam beberapa bulan terakhir, terus meningkat. Apalagi setelah terbitnya kumpulan cerita mini (cermin)," kata fasilitator kelas, Bangkit Wismo.

Alaskan, berbeda dengan tahun lalu, kualitas pendidikan di kelas menulis, bakal meningkat. Pun demikian dengan program-program kegiatannya, akan lebih bervariatif.