Selasa, 14 Mei 2013

Pemimpin [Juara II SCMP 2013]


Hujan turun dengan derasnya. Kadang-kadang, guruh menggelegar didahului kilat, yang menerangi langit sekejap. Jalan di depan rumah penuh dengan air pun masuk hingga mencapai lima sentimeter..

Ketika air baru mulai masuk, Titin dan Indra sibuk membantu menyeroki air. Sekarang tampaknya tak ada gunanya menyeroki air karena jalan di depan rumah juga sudah penuh air.

“Sudahlah, berhenti saja dulu. Nanti kalau air mulai surut kita mulai bekerja lagi!” kata Ayah.

Ibu, Ayah, Titin, dan Indra duduk di kursi tamu dengan kaki yang dinaikkan. “Payah. Hujannya lama banget!” gerutu Indra.

“Ah sebentar lagi juga berhenti. Kalau sudah mengantuk tidurlah!” kata Ayah. 

“Mana bisa tidur? Dasar, hujan kurang ajar!” Indra mengomel lagi. 

“Eh jangan mengomel. Mestinya kan bersyukur ada hujan ya Bu!” kata Titin.

“Untuk apa bersyukur. Orang kita repot kok karena kebanjiran. Nanti kalo hujan berhenti kan harus kerja keras!” Indra membela diri.

“Selamat malam….” Terdengar suara di luar. Sesosok tubuh yang dibalut jas hujan cokelat, memakai topi, dan bersepatu boot, menuju ambang pintu. 

“Selamat malam. Oh pak RT. Mari masuk Pak,” sambut Ayah. “Silahkan duduk, Pak RT” kata Ibu.

“Terima kasih. Wah kebanjiran ya? Sudah makan malam belum? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?” tanya Pak RT dengan ramah.

“Oh terima kasih banyak. Baru saja kami selesai makan, hujan turun. Sekarang tinggal menunggu hujan berhenti dan membersihkan rumah kalau air sudah surut.” Jawab Ayah.

“Titin, Indra, sudah selesai membuat PR? Tanya Pak RT. 

“Sudah pak!” jawab mereka serentak. 

“Syukurlah, nah bapak keliling kampung dulu. Siapa tau ada yg memerlukan bantuan saya seperti Bu Cicih. Rumahnya rendah sekali, sampai air naik sebatas tempat tidur. Anaknya yang sedang sakit sekarang ada di rumah bapak,” kata Pak RT. 

“Kenapa In? Kok, geleng-geleng?” tanya Ibu. 

“Kok Pak RT itu baik ya, bu? Hujan-hujan begini udara dingin, tapi pak RT mau bersusah payah keliling kampung buat nengokin warganya yang kebanjiran.” Kata Indra.

“Begitulah sifat seorang pemimpin yang baik. Ia mau mengorbankan waktu, tenaga, dan menempuh jalan yang sulit hanya untuk kepentingan warganya. Ia siap menolong, rumahnya pun disediakan bagi yang memerlukan seperti anak Bu Cicih yang sakit. Sikapnya juga menyenangkan, ramah tamah. Pak RT juga adil, semua warga yang terkena banjir ditengoknya. Tidak peduli orang berada ataupun orang kurang mampu.” Ayah menjelaskan.

“Wah, Indra juga calon pemimpin nih, 20 tahun lagi. Cuma suka ngomel. hihihihi!” kata Titin sambil memandang Indra dan tersenyum.

“Ahhh, jangan mengejek kauuu !! Kan aku sekarang tidak mengomel lagi!!” Indra membela diri. Apa yang dilakukan oleh pak RT tadi, sungguh berkesan di hatinya Indra.

Tak lama kemudian, hujan berhenti. Ayah, Ibu, dan kedua anak itu sibuk bekerja. Tetangga-tetangga juga sibuk. Srok srok srok srok… Terdengar bunyi air yang diserok keluar rumah.

Setelah mereka semua menyerok air hujan yang menggenangi rumah mereka. Mereka mulai merapikan barang-barang yang sebelumnya mereka simpan supaya tidak basah terkena genangan air hujan yang membanjiri rumah mereka.

“Akhirnya… Makasih ya Allah..” kata Indra dengan senang. “Halah kmu bisa aja.. Memang sih sudah enggak hujan lagi, tapi kamu ya ikut bantu-bantu dong!! Jangan cuman tidur aja di kursi.. Mau ditata tau!!” balas Titin dengan kesalnya.

“Iya iya.. Bentar lagi aku juga bantuin merapikannya kok.. Tenang tenang saja lah.. sebentar lagi ya !!” balas Indra.

Selagi merapikan dan menyapu lantai, pak RT kembali datang. “Bagaimana pak, sudah surut kan airnya?” sapa Pak RT. 

“Sudah pak RT, ini saya baru membersihkan dan menata barang-barang ke tempatnya semula.” jawab Ayah.

“Oh kalau begitu saya pamit permisi dulu. Pulang ke rumah. Mau bantu-bantu bersih-besih juga pak. Selamat malam” pamit pak RT. 

Hari semakin malam dan rumah belum selesai dibersihkan. Akhirnya mereka terpaksa tidur di kursi dahulu sambil menunggu pagi datang.

Desi Sulistianti
Siswa SMK Muhammadiyah 1 Purbalingga

0 komentar:

Posting Komentar