Selasa, 14 Mei 2013

Aku dan Purbalingga [Juara III SCMP 2013]


Tak banyak orang mengenalku di sekolah. Aku orang yang sederhana, apa adanya. Namaku Candra Maimunah Hartati. Aku lahir dari keluarga yang serba Kekurangan. aku hidup jauh dari orang tua.

Suatu pagi, aku ke sekolah dengan percaya diri, optimis. Tepatnya Kamis,11 April 2013. Di sebuah jalan raya yang begitu megah, aku melihat sebuah mobil mewah dri arah selatan.

Di mobil mewah tersebut, aku melihat pejabat besar purbalingga yang mengendarainya. Di suatu sisi aku juga melihat sekumpulan anak jalanan yang tidur di emperan toko.

“Sebenarnya uang masyarakat Purbalingga kemana, seharusnya uang rakyat untuk rakyat tapi uang rakyat buat senang-senang pejabat sendiri. Kenapa rakyat tidak bisa berkembang?” dalam hatiku bertanya-tanya.

Apa memang pendidikan tidak pantas buat rakyat kecil, kenapa masih banyak kelaparan dan memijak pendidikan, sedangkan pejabat makan di restoran mewah, memakai dasi yang elegan dan menaiki kendaraan dari rakyat. Kenapa pejabat di sanjung dan rakayat di tindas.

Tanpa kusadari, sampai di sekolah. Dari arah belakang Mei menyapa. “Pagi can,” Mei menyapa.

“Pagi juga. Bagaimana kabarmu? Tugas buat cerpen kamu bagaimana Mei?” kataku.

"Alhamdullilah aku baik, Memang ada tugas?”

"Kita kan ada tugas untuk mengamati petinggi di kota kita masing-masing," aku berusaha menjelaskan.

"Oh, siaapp. Kecil."

"Sombong kamu Mei. Hehehe."

Bel sekolah berbunyi. Semua masuk ke kelas. Di buku tugas, aku menulis hal-hal yang aku ketahui tentang Pemerintah Purbalingga. Yang aku pikirkan aku tulis. Di balik kertas aku menulis.

“Dimana sumpahmu banyak tikus-tikus berdasi. Kenapa pemimpin Purbalingga tidak bisa memajukan perekonomian rakyat? Kenapa pabrik yang ada di Purbalingga sebagian besar bukan milik purbalingga? Kenapa orang asing yang mengelola?

Coba liat di sekitar purbalingga banyak pabrik rambut yang bukan milik purbalingga sendiri, kita yang punya tanah hanya menjadi budak yang mendapat gaji yang tidak sepadan dengan kerja keras rakyat purbalingga.

Aku ingin membangun perusahaan besar dan berjuang merubah kepribadian masyarakat purbalingga.”

Dalam hatiku bertanya perubahan apa yang akan aku lakukan untuk purbalingga. Aku mendekati Rina. “Rin, bagaimana iya cara memajukan perekonomian purbalingga?" tanyaku

“Aha! Menurut buku yang aku baca perusahaan simpe lah yang paling tepat,” jawabnya, bercanda. Simpe adalah makanan khas desa yang terbuat dari singkong.

“Malah simpe," kataku kesal.

Beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi. Selang beberapa minggu aku benar-benar ingin merubah Purbalingga dengan membuat usaha kecil-kecilan. Dengan mengucap Bismilah aku harap aku bisa melakukan itu.

Aku dapat membuat simpe dalam jumlah yang banyak. Aku menitipkan ke warung dekat rumah. Aku membuat simpe rasa jagung bakar, simpe isi sosis, simpe daging.

Walaupun singkong makanan desa tapi tetap mempunyai nilai jual yang lumayan. Aku bisa membantu perekonomian tetangga sekelilingku.

Dari kritikan tetengga aku mulai belajar untuk memperbaikinya. Saudaraku yang melanjutkan usaha itu. Akhirnya dengan kerja keras, berdirilah pabrik simpe kecil-kecilan. Aku orang kecil, tapi belum tentu orang besar bisa melakukan hal sepertiku.

“Pejabat ingatlah kau seperti ini karena rakyat, kembalikan hak rakyat. Kami bukan orang bodoh yang bisa ditipu oleh ucapanmu. Peraturan ada untuk ditepati bukan ada untuk dilanggar”

“Terus jayalah kotaku. Terus jadi nomor 1. Rakyat kasih kepercayaan kota kepada mu”

Candra Maimunah Hartati
Siswa SMK Muhamadiyah 1 Purbalingga


0 komentar:

Posting Komentar