Kamis, 25 Agustus 2011

Klimaks Film Terserah Penulis Skenario


Masih di bulan Ramadhan ini, Kelas Menulis Purbalingga bikin acara seru lagi. Minggu, 21 Agustus 2011 kemarin, bertempat di markas biasa, Posko Bambang Susatyo, Jl. Letjen Ahmad Nur, Purbalingga, anggota Kelas Menulis berguru langsung tentang penulisan skenario film dari Mas Bowo Leksono, sutradara penuh cinta Purbalingga sekaligus Kepsek Kelas Menulis. Apa saja yang kami dapat?

Kelas dimulai setelah kami berbuka puasa bersama dan sholat Maghrib. Lewat proyektornya, Mas Bowo menjelaskan jenis-jenis film sampai dasar-dasar skenario. Kami, yaitu saya, Fitri, Syifa, Yubni, Mas Bangkit, dan dua rekan Mas Bowo, juga diberi kesempatan bertanya.




“Kan ada klimaks film yang jelas dan ada juga yang nggantung. Kalau yang nggantung kan penonton jadi bebas menentukan ending-nya sendiri, tapi ada juga yang bilang itu sama saja mengkhianati penonton. Lha itu yang benar bagaimana?” aku bertanya saat sampai pada penjelasan apa itu klimaks cerita.


“Ya itu terserah pada si penulis skenario. Kalau penulis ingin mempertahankan ceritanya, ending nggantung ya nggak masalah, tapi kalau ingin ikut kemauan pembuat film ya disesuaikan dengan kebutuhan, penonton kan senangnya ending yang jelas,” papar Mas Bowo yang malam itu menggunakan kaos putih Festival Film Purbalingga 2011.

Selanjutnya, sembari menyantap nasi dan ayam goreng, menu berbuka kami malam itu, kami disuguhi dua film pendek oleh Mas Bowo. Film pertama berjudul Bedjo Van Derlak yang bercerita tentang tentara perang Indonesia yang menemukan seorang tentara sekutu yang tengah membantu seorang wanita melahirkan. Film tersebut membuat kami cukup mengernyit ngeri, tapi mengambil pesan penting di akhir cerita, “perang hanya membawa sengsara, kerjasama membawa kebaikan untuk semua”.

Film kedua berjudul Jalan Sepanjang Kenangan. Film yang dikemas ringan dan lucu itu bercerita tentang Slamet dan Susi, istrinya yang tengah nyidam. Keduanya terlibat pembicaraan dan konflik seru selama acara jalan-jalan naik becak seperti kemauan Susi yang ingin bernostalgia. Hal-hal unik pun terungkap selama perjalanan penuh kenangan tersebut, membuat mereka makin menyadari kasih sayang masing-masing yang tulus dan lugu. Sebuah, cerita cinta dan rumah tangga yang menarik menurutku.

Menanggapi film dari mahasiswa ISI Yogyakarta tersebut, Fitri berceloteh,”Unik. Beda banget sama cerita-cerita di televisi.” Mas Bowo pun menyahut, “Cerita cinta nggak harus melulu soal remaja, pacaran, sekolah, rumah mewah.”

Setelah film selesai, puas berdiskusi, dan kenyang juga tentunya, kami pun mengakhiri materi penulisan skenario film malam itu. “Aku kasih tugas ya. Buat ide cerita sama premis film pendek,” kata Mas Bowo sebelum beranjak. Wah, kami harus mulai memikirkan ide dari sekarang, nih! (Alfy Aulia)




1 komentar:

eko susilo mengatakan...

Mantep kang, maju terus kreasine ............

Posting Komentar