Suara
langkah kaki itu semakin cepat. Alas sepatu yang keras membuat bunyi yang cukup
nyaring. Kedua tangan kurusku mendekap erat kedua kakiku. Berharap dapat
meredam gemetar hebat tubuhku. Suara itu semakin mendekat. Tuhan, aku mohon
jangan biarkan dia menemukanku. Jangan biarkan hal mengerikan itu terjadi
padaku.
BRAK!!! Keringat dingin makin deras
membasahi tubuhku. Lemari kayu tempat aku bersembunyi serasa menjadi
transparan. Rasa takutku kian membuncah. Langkah kaki itu mantap mendekat
dengan tempatku meringkuk sekarang.
“Asep! Sudahlah. Lupakan saja cewek
sialan itu.” Suara seorang laki-laki memanggilnya. Mungkin kawannya. Aku tidak
peduli siapa laki-laki yang memanggilnya. Yang aku harapkan sekarang laki-laki
bajingan bernama Asep itu meninggalkan ruangan ini segera. Melupakan
keberadaanku dan tak pernah muncul di depanku lagi.
“Si bagong mbawa cewek baru lagi.
Lebih sip,” lanjut laki-laki tadi. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, laki-laki
bernama Asep itu berjalan menjauh. Walau perlahan, namun aku yakin dia keluar
dari ruangan ini.
***